Lokalisasi Moroseneng

Surabaya - Banjir yang menggenangi kawasan Benowo Surabaya ternyata berdampak juga terhadap 2 lokalisasi di kawasan tersebut. Lokalisasi Moroseneng dan Sememi yang biasanya ramai, otomatis menjadi sepi akibat enggannya pria hidung belang datang ke tempat itu.

"Sepi mas. paling hanya satu dua orang saja datang ke sini," ujar Sumarno, pemilik Wisma Sri Tanjung, salah satu wisma di lokalisasi Sememi, kepada detiksurabaya.com, Jumat (12/12/2008).

Dari pengamatan detiksurabaya.com, wajar saja lokalisasi tersebut sepi. Karena di beberapa wisma, air banjir dengan mudahnya masuk ke dalam bilik-bilik kamar para penjaja cinta itu.

Meski sikepung banjie, para psk sendiri dengan setia tetap memajang diri mereka di 'aquarium'. Namun raut wajah mereka kelihatan tidak bergairah karena tiadanya pelanggan yang datang menghampiri wisma mereka.


Omzet mereka pun otomatis menurun jauh. Bila dalam sehari satu wisma bisa dikunjungi minimal 5-7 pria hidung belang, akibat banjir ini hanya 1-2 pria yang berminat berkunjung untuk memuaskan nafsunya.

"Tapi banjir seperti ini kan tidak tiap hari," tandas Sumarno

Rencana penutupan lokalisasi di berbagai daerah di Jawa Timur berdampak bagi Kota Kediri. Seperti lokalisasi Dolly Surabaya yang akan ditutup pada 18 Juni mendatang dan dialihfungsikan, penghuninya berbondong-bondong mencari kota yang aman untuk menjual kenikmatan.

Pantauan merdeka.com, mereka datang ke Kota Kediri karena kota ini memiliki eks-lokalisasi yang sangat terkenal yakni Semampir, yang masih beroperasi hingga kini. Meski tidak menetap di eks-lokalisasi Semampir, para PSK baru ini menyerbu tempat kos-kosan mahal dengan harga Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta perbulan.

"Dari yang saya mereka menempati kos mewah. Satu kamar itu biasanya diisi oleh 4-5 orang. Rata-rata masih ABG-ABG. Saya sempat tanya mereka ada yang dari Surabaya baik penghuni Dolly atau Moro Seneng. Saat datang pertama kali, Saya lihat mereka diantar oleh mucikarinya. Mereka kayaknya juga lagi mencari tempat mangkal, ada pula yang saya lihat sudah masuk ke lokalisasi Semampir," kata Helga, warga Semampir pada merdeka.com, Selasa (03/06).

Ada yang liar ada pula yang bisa dibina agar tidak kembali ke lembah hitam. Salah satunya yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Dinas Sosial Jawa Timur di Kediri. Mereka baru saja menerima puluhan PSK dari Surabaya sebagai dampak penutupan lokalisasi di Surabaya.

UPT Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Dinas Sosial Pemprov Jatim saat ini juga mulai melakukan antisipasi eksodus maupun membludaknya pekerja seks komersial dampak dari penutupan sejumlah lokalisasi di Jawa Timur.



UPT panti rehabilitasi baru saja menerima kiriman sebanyak 26 PSK dari Lokalisasi Moro Seneng Surabaya. Dampak penutupan ini sudah dipastikan akan membuat pihak UPT Panti Rehabilitasi Tuna Susila akan kelabakan karena terbatasnya ruangan.

Sebab UPT Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Dinas Sosial Pemprov Jatim di Kediri hanya bisa menampung 60 orang. Dan saat ini sudah terisi sebanyak 56 orang, belum lagi ditambah penutupan lokalisasi tempat lain seperti di Bojonegoro, Sumenep dan Gresik.

UPT Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Susila ini merupakan satu-satunya panti rehabilitasi terbesar di Jawa Timur. "Panti rehabilitasi yang terletak di Jalan Semeru Kelurahan Campurejo Kecamatan Mojoroto Kota Kediri ini hanya memiliki kapasitas penampungan 60 orang padahal saat ini sudah terisi 56 orang PSK," kata Tini Widiati UPT Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Dinas Sosial Pemprov Jatim.

Masih menurut Tini para PSK akan menjalani masa rehabilitasi empat bulan. Mereka akan diberikan sejumlah keterampilan dan pembinaan mental kerohanian. Mereka juga diberikan keleluasaan berkomunikasi dengan keluarga dan teman melalui fasilitas ponsel. Namun mereka dilarang untuk keluar atau pulang sebelum masa rehabilitasi berakhir.